Senin, 19 Desember 2011
Sebuah Toleransi
Toleransi adalah salah satu bentuk kesadaran diri dan kelepangan hati untuk menerima setiap perbedaan apapun mengenai sikap, prilaku prinsip dan pandangan orang lain dalam setiap hal, hingga pada akhirnya kesadaran diri mampu menciptakan suatu perbedaan yang tidak menimbullkan satu kesalahan konsepsi dari setiap prilaku manusia yang telah ditakdirkan untuk tidak sama.
Akhir dasawarsa kini, perbedaan telah menjadikan satu sikap atau sudut pandang yang dapat menimbulkan banyak kekacauan pertumpahan darah yang berujung “SARA” dari setiap orang atau institusi yang mempunyai stagnasi perbedaan tersebut.
Satu alasan mendasar yang menyebabkan semua itu terjadi karna tidak adanya kesadaran diri dari setiap manuasia atau golongan tersebut. Stagnasi terjadi mulai dari yang bersifat sederhana hingga pada permasalahan yang sangat krusial, perbedaan suku, budaya, agama, aliran yang semua manusia tentunya mempunyai prinsip dan pandangannya sendiri-sendiri telah menjadi modal awal untuk menciptakan kerusuhan dan menebar ancaman dimana-mana.
Sejarah telah mencatat bahwa setiap perang dan kerusuhan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa terjadi karna tidak adanya toleransi dengan perbadaan, keadaan ini diperparah dengan adanya satu sikap yang merasa paling benar sendiri diatas perbedaan dan pandangan orang lain, memaksakan kehendak menjadi satu warna yang kita inginkan akan menyulut api pada kertas kering.
Sudah seharusnya kita menyadari dan mulai menghargai setiap perbedaan ini, mengenai hal apapun dan dalam konteks apapun, karna bagaimanapun juga perbedaan sangat diperlukan jikalau kita tidak ingin melihat wujud kita pada orang lain, karna dengan kesadaran akan perbedaan kita justru akan menemukan wujud kita pada orang lain dari segala perbedaan unsurnya, dan dengan menghargai perbedaan itu juga sebenarnya kita telah benar-benar mengamalkan titah tuhan sebagai khalifah diduia ini.
Mungkin kita lebih baik menengok seluruh anggota tubuh kita, dengan segala unsur perbedaannya ternyata kita bisa melakukan segalanya tanpa adanya tumpang tindih tugas dan wewenangnya.
Kamis, 20 Oktober 2011
Kasih Sayang Seorang Ibu
Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.
Rabu, 19 Oktober 2011
Mengenali dan Menjadi diri sendiri
Hidup kita tentu akan menderita jika merasa diri sendiri selalu lebih rendah dan kecil.
Maka, tidak akan tenang hidup jika kita selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih hebat.
Apalagi, jika kita kemudian secara membuta mencoba menjadi orang lain.
Meniru orang memang sah dan boleh saja. Namun, belajarlah dari orang lain dari sisi yang baik saja, tentu dengan tanpa mengecilkan dan meremehkan diri sendiri.
Karena itu, apapun keadaan diri, kita harus senantiasa belajar bersyukur dan tetap bangga menjadi diri sendiri. Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri.
Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh.
Seringkali menjadi jujur pada diri sendiri terasa menyakitkan. Banyak orang
merasa mandek dalam kariernya. Mereka menganggap orang lain dan lingkungan
sebagai sumber kegagalan. Mereka mengingkari bahwa penyebabnya justru
berasal dari dalam diri mereka sendiri. Di lain pihak, seringkali pula orang
tidak mampu jujur pada diri sendiri karena salah dalam memahami keberhasilan
yang sedang diraihnya. Banyak orang berhasil lalu mengira mampu melakukan
apa saja. Mereka mengembangkan kedua belah lengannya lebar-lebar dan
menyangka akan berhasil di semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa ada
batas-batas yang tak mungkin dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah
bersedia untuk menerima segala sesuatu apa adanya.
Banyak orang mengaburkan arti menjadi "diri sendiri" dengan "semaunya
sendiri". Menjadi diri sendiri melalui proses mengenal diri adalah
menumbuhkan pengendalian diri karena dalam mengembangkan dirinya seseorang
harus senantiasa berjalan pada potensi-potensi yang dianugerahkan padanya.
Selain itu, banyak orang menjadi apa yang dikatakan orang lain dan
menganggapnya itu sesuai dengan dirinya. Yang perlu disadari adalah bahwa
setiap orang itu berbeda dan unik. Tak ada orang yang sama. Mereka
dianugerahi kemampuan, potensi dan bakat yang berbeda-beda.Tugas manusia
adalah menggunakan semua itu untuk kemajuan kehidupan ini. Tujuan mengenal
diri untuk pengembangan karir adalah mengenal apa potensi-potensi,
bakat-bakat, kemampuan dan ketrampilan yang ada pada diri agar bisa
digunakan untuk kemajuan karir. Selain itu, mengenal diri akan menumbuhkan
kesadaran dan pengendalian diri, suatu bentuk pengembangan emosi dan
spiritual yang dibutuhkan untuk mengiringi langkah kemajuan...
~Apakah anda bersedia menjadi diri anda sendiri?
Selasa, 18 Oktober 2011
Refleksi Negeri Wajah Hukum Hari Ini
Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasiala dan Undang-Undang 1945. Hukum dibentuk bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tertib, dan tentram. Sifatnya mengikat bagi seluruh kalangan masyarakat tanpa kecuali dan sifatnya memaksa karena ada sanksi didalamnya. Dalam prakteknya untuk mewujudkan tata kehidupan tersebut diperlukan sebuah upaya penegakan keadilan, ketertiban dan kepastian hukum tanpa pandang bulu yang nantinya diharapkan mampu mengayomi masyarakat, mendorong kreativitas dan melibatkan seluruh elemen ikut serta berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Salah satu upaya untuk menegakkan keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum tersebut adalah melalui pengadilan bersih dan bebas dari intervensi.
Sedikit refleksi kondisi hari ini, banyak ditemukan fakta kebijakan-kebijakan hukum dan politik normatif yang dilakukan negara acap kali jauh dari upaya memenuhi rasa keadilan masyarakat serta penegakan prinsip-prinsip keadilan normatif. Sejauh mana pilihan negara dalam korelasi penanganan kasus-kasus hukum yang ditengarai adanya sebuah fakta kompromi antara tuntutan justice, pemenuhan rasa keadilan atau kebutuhan penguatan otoritas politik negara untuk menemukan titik kompromi. Sehingga sebuah ungkapan mendekati fakta pantaslah terucap bagi masyarakat yang sadar kondisi negeri, “sebuah keputusan pengadilan (pro-justitia) akan menundukkan dirinya kepada kepentingan praktek politik (pro-politica”, dalam hal ini menjadi terang bahwa kesepakatan dan ketatapan normatif dengan begitu saja dilanggar oleh praktek politik. Itulah wajah hukum hari ini terjadi semacam kekebalan hukum bagi penguasa (baca para elit politik) artinya seakan-akan tidak bisa terjerat hukum.
Melihat praktek politik di Indonesia pasca-Soeharto sampai dengan sekarang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dipandang menerapkan praktek politik pragmatis realis, yakni dengan mencoba untuk melakukan tindakan-tindakan politik sejauh yang mungkin dapat dilakukan dalam upaya memberikan pemenuhan keadilan terhadap sejumlah pelanggaran hukum. Praktek politik yang dilakukan adalah dengan melakukan konsolidasi politik, dengan tetap memberikan ruang yang besar bagi para pelaku pelanggar hukum periode lalu dalam pemerintahan yang dipimpinnya, atau setidak-setidaknya tidak melakukan tindakan hukum yang substansial terhadap kekuatan-kekuatan politik Orde Baru (militer dalam hal ini TNI dan birokrasi partai pemenang pemilu Pres). Sehingga sedikit catatan bahwa pasca-Soeharto sampai hari ini belum mampu melepaskan diri dari frame praktek politik Orde Baru, dan hanya merupakan kontinuitas Orde Baru, terutama dalam hal kebijakan ekonomi, sosial, politik dan hukum.
Politik Indonesia berfokus pada hubungan antar aktor politik, sirkulasi elit politik yang berkorelasi dengan patronase politik, permainan money politics dan kedekatan pribadi antar tokoh-tokoh politik. Pelaksanaan politik semacam ini amat mengabaikan wilayah politik sebagai tempat terjadinya tukar-menukar antara kekuatan-kekuatan sosial di mana yang mengambil peran seharusnya adalah agregat-agregat politik dalam hal ini negara, masyarakat, struktur politik, sistem hukum, civil society, peran militer dan kekuatan internasional.
Di tingkat politik yang berkembang adalah politik mikro yakni hubungan transaksi antar aktor politik dan sirkulasi antar elit politik, sementara civil society sebagai kekuatan pengontrol berjalannya sebuah tata pemerintahan demokratis belum tumbuh menjadi sebuah kekuatan yang kuat, sehingga kepentingan-kepentingan masyarakat terbaikan oleh kepentingan-kepentingan transaksi politik antar elit-elit politik. Diwujudkan dalam kepentingan kekuasaan yang cenderung kepada transaksi politik daripada membangun kekuatan-kekuatan sosial politik, struktur politik, sistem hukum, dll, menjadikan politik sebagai sebuah alat pertukaran kepentingan semata. Praktek politik ini kemudian memberi ruang bagi kekuatan-kekuatan politik lama (kekuatan politik militer dan birokrasi masa Orde Baru) untuk masuk ke dalam wilayah transaksi politik, dan muncul sebagai aktor penting, yang nantinya secara politik sanggup “menyandera” negara ke dalam sebuah transaksi politik yang melembaga (institutional) menjadi bentuk impunity (impunitas) bagi pelaku tindak pelanggaran hukum dengan dalih “menjaga stabilitas politik”.
Gambaran secara umum praktek kompromi antar kekuatan politik dapat kita lihat dalam beberapa peristiwa. Misalnya PDI Perjuangan tentu akan berjuang untuk mengungkap, menangkap dan mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat pada kasus 27 Juli, di mana para konstituen mereka menjadi korban. Namun fakta empiris yang bisa dilihat adalah Fraksi PDI Perjuangan di DPRD I DKI Jakarta justru mendukung sepenuhnya Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta, padahal dengan jelas diketahui bahwa Sutiyoso adalah salah satu petinggi militer Kodam Jaya yang ikut bertanggung jawab dalam Persitiwa 27 Juli 1996.
Dapat juga dilihat dari beberapa kasus pelanggaran HAM Berat yang melibatkan aparatur militer. Meski secara perkembangan politik kedudukan dan peran militer semakin dikurangi, namun tetap ada instrumen hukum Indonesia yang memberikan kekuatan lain kepada militer Indonesia untuk tetap bertindak dan terbebas dari tanggung-jawab hukum yang berlaku secara umum. Hal ni nampak, dari masih berlakunya kekhususan hukum dalam peradilan militer yang mengadili kasus-kasus (Tragedi 1965, DOM Aceh, DOM Papua, Jajak pendapat Timtim, Tanjung Priok,dll) kejahatan yang dilakukan oleh para anggota militer. Dengan kekhususan sistem peradilan ini, mereka ditengarai dapat terbebaskan dari tuntutan peradilan sipil umum dan ironisnya kerap kali didapati putusan pengadilan dengan sangsi hukum yang jauh lebih ringan. Namun demikian, persoalan tidak sekedar berhenti sampai disitu, bahwasannya dengan kekhususan peradilan militer telah meletakkan posisi militer Indonesia sebagai golongan istimewa di negeri ini, dimana hukum yang mampu menyentuh mereka adalah hukum yang mereka buat sendiri. Ini menjadi salah satu faktor lemahnya sanksi jeratan hukum dan besarnya peluang impunitas yang hingga sampai sekarang tetap dipertahankan.
Dalam proses pengadilan hanya sekedar upaya mengakomodasi tuntutan masyarakat dan keluarga korban, tanpa harus menyudutkan sebuah institusi (dalam hal ini Polri) yang oleh pemerintahan baru sangat diharapkan memberikan dukungan politik sebagai alat penguasa untuk mempertahankan berlangsungnya pemerintahan, dan memilih jalan untuk melakukan kompromi politik. Pilihan ini tentu saja menghasilkan bentuk-bentuk peradilan dan keputusan-keputusan pengadilan yang sangat kental dengan aroma kompromi politik elit, sehingga keputusan-keputusannya tidak akan mencapai titik yang diharapkan yaitu “memenuhi rasa keadilan masyarakat dan korban”.
Contoh lain yang dapat dilihat adalah kasus korupsi Akbar Tanjung. Dalam hal ini diskriminasi hukum terjadi di mana keputusan pengadilan tidak otomatis merupakan keputusan eksekusi bagi penahanan Akbar Tanjung, sebagaimana diberlakukan terhadap sejumlah terdakwa lainnya. Upaya mengeksekusi keputusan pengadilan terhambat oleh kepentingan praktek politik elit dimana Akbar Tanjung merupakan ketua DPR sekaligus ketua partai politik pemenang pemilihan umum nomor dua yang merupakan koalisi politik sangat potensial dalam pemilihan umum (pemilihan presiden), sehingga dari beberapa fakta peristiwa di atas bahwa keputusan pengadilan (pro-justitia) menundukkan dirinya kepada kepentingan praktek politik (pro-politica), dalam hal ini menjadi terang bahwa kesepakatan dan ketatapan normatif dengan begitu saja dilanggar oleh praktek politik.
Untuk meredam peraktek tersebut ditinjau dari sudut pandang pelaku(individu) harus dilakukan upaya kaderisasi para intelektual yang bukan hanya berbasic kemampuan ilmu pengetahuan melainkan prioritas ideologi kerakyatan(pro-rakyat). Nantinya diharapkan kelak jika berada di bangku kekuasaan dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara amanah. Sedang praktek impunitas bagi para politik elit harus dihancurkan dengan melawan praktek politik transaksi kepentingan elit dari wilayah politik dengan membangun kekuatan sosial-politik masyarakat dalam artian kelompok yang ditekan dan menjadi korban harus mampu mengidentifikasikan diri mereka sebagai korban dan kelompok yang ditindas secara politik, sehingga praktek politik elit tidak mampu dijadikan penyelamat partai-partai dan elit politik sebagai tempat bersembunyi dari tuntutan masyarakat, hal ini secara perlahan namun pasti dapat menggugah kesadran masyarakat yang ditindas untuk sesegera meninggalkan partai-partai politik yang tidak membawa kepentingan mereka, membangun kesadaran ini yang menjadi agenda penting bagi para intelektual, gerakan mahasiswa, gerakan perempuan, gerakan buruh, tani, aktivis politik non-Orba, aktivis hak asasi manusia, aktivis lingkungan, aktivis pro-dem, dan lain-lain. Untuk terus slalu mengkritisi, menyuarakan, menggali pandangan solusi terhadap segala bentuk kebijakan pemerintah yang ditengarai tidak sesuai(kontra-rakyat), dalam bergai bentuk realisasi baik tulisan, diskusi, aksi, maupun gerakan-gerakan sosial kerakyatan secara langsung
sumber: (ekasandy.wordpress.com)
Sabtu, 15 Oktober 2011
Kebudayaan Unik Menarik Khas Di Indonesia
Rabu, 12 Oktober 2011
Sendiri
jika gerimisku jatuh saat ini...
jika malamku penuh dengan badai...
aku baik2 saja...
ku hanya ingin sendiri...
hanya ingin habiskan rasa ini...
hanya ingin lukiskan senyummu dalam sepi...
tak apa jika aku menangis saat ini...
jika rindukanmu amat dalam dan perih....
jika harapkan mu ada dan nanti...
aku baik baik saja....
ku hanya ingin kau mengerti....
ini yang ku rasa dan takkan ku ingkari...
ku hanya ingin sendri...
diam mengunci bibirku dan sendiri...
ini paradeku, ini lintasanku dan tentangmu yang tak pernah ku mengerti...
ini ruangku,ini persimpanganku dan semua tetap tentang mu tak berhenti...
ini hatiku,kepinganku,tiadamu sunyi...
tak apa jika ku menangis saat ini untukmu...
untukmu yang ku sayangi...
untuk sebuah rotasi...
untuk kita , kau, aku dan kini...
untk sebuah alasan yang tak pernah ku pahami..
dan aku baik- baik saja..
ku rindu padamu hanya itu..
ku sayang padamu hanya dirmu...
ini aku ini rasa ku..
ini cinta ku jika tidak kau tidak pula aku...
jadi biarkan aku sendri malam ini...
tak apa jika ku menangis karena ku masih punya hati...
tuk merasa tuk meminta tuk memberi...
tuk berharap untuk mencintai dirimu...
itu saja...
dan cukup untukku...
Minggu, 07 Agustus 2011
Believe in Yourself
Bayangan yang terbentuk sudah pasti itu adalah bentuk dari pohon itu sendiri, begitu pula dengan karakter dan perilaku kita apa yang terjadi dan apa yang ada disekitar kita itu tidak lain manifestasi dari apa yang kita pikirkan..
Terkadang seseorang memutuskan sesuatu hal tidak dengan apa yang mereka benar-benar yakini.. Apa yang terlihat, apa yang di dengarnya dari orang lain, itu lah alasan dari sebuah keputusan, tp apakah kalian tau sebenarnya apa yang terlihat putih belum tentu putih, dan apa yang terlihat hitam belum tentu hitam...
Dan ketika kamu disudutkan oleh sebuah pilihan, Saat itu kamu kamu berpikir untuk meninggalkannya tp apakah saat itu juga kamu berpikir hal dan pengorbanan yang telah kamu lakukan demi mewujudkan hal yang akan kamu tinggalkan itu?
Menjadi orang lain memanglah bukan suatu hal yang menyenangkan untuk kita jalani, segala ruang gerak telah terbatasi, belum lagi dengan aturan sosial yang juga membatasi tetapi terkadang lagi mereka menjadi bukan diri sendiri hanya karena ingin disenangi.. Hal tersebut sama saja dengan membatasi kemampuan apa yang dia punya.. Charles M.Schwab mengatakan Apabila seseorang itu membatasi kemampuannya, pada waktu yang sama dia telah membatasi hasilnya.
Sebenarnya apa yang mereka cari? kenapa harus menjadi orang lain kalau kita bisa membuat orang lain senang dengan cara kita.. Kenapa harus menjadi sesuatu untuk mereka ketika kita bisa menjadi segalanya untuk banyak orang?
Seakan akan semuanya ingin terlihat sempurna di mata orang lain, tetapi sekali lagi apakah dengan menjadi orang lain bahagia untuk kita? Terkadang kita tidak sadar kita mengejar sesuatu tetapi sesuatu itu sendiri ternyata ada di dekat kita..
Ya, memanglah manusia tiada yang sempurna, kesempurnaan itu hanyalah milik-NYA.. kita hanya perlu berusaha, berdoa dan menjalankan apa yang ingin kita jalani tanpa melanggar aturan-aturan-NYA..
"Kebahagiaan bukanlah soal intensitas, tetapi keseimbangan, keteraturan, irama dan harmoni..-Thomas Merton-"
Jumat, 25 Februari 2011
Jembatan Cinta
kususuri jembatan cinta…
yang dihiasi bermacam keindahan alam..
“cinta, begitu dekat begitu nyata”
aku tak merasa cinta itu dekat dan nyata,,
“cinta selalu menghubungkan hati setiap pasangan ”
krna cinta tumbuh bukan untuk menyakiti tapi untuk menyayangi..
“cinta, setia setiap saat”
kenapa selalu masih ada ke tidak percayaan di setia hati…
“cinta, membiri makna akan kehidupan ”
tanpa ada cinta hidup ini hampa…
kulalui terus jembatan cinta ini
yang dipinggirnya dihiasi dengan lautan yang indah..
AKU
Aku bukan Aku
Aku menjalani kehidupan
Berkehendak bagai ombak di lautan
Berpikir menembus pundi-pundil kehidupan
Bermain dalam palung lautan yang dalam
Bertindak bagai karang memenuhi keindahan
Aku akan mengalir dengan deras.
Memberi ketenangan bagi hati
Memenuhi dahaga manusia
Menghijaukan keindahan bumi
Aku angin yang berhembus memberi kesejukan.
Membelai hati yang gundah
Menghembuskan nafas-nafas bahagia
Menghapus pilu luka
Aku manusia berusaha jadi yang berguna
Mengekspresikan diri dalam berbagai warna
Mengatur isi otak yang kosong
Menjelma bagaikan malaikat
Menghidupkan hati nurani
Melahirkan rasa cinta
Memperbaiki keriput wajah dunia