Jumat, 29 Maret 2013

Indah Kejujuran dari hati untuk kesabaran



Ini tentang jujur pada diri sendiri. Tentang berani mengakui apapun yang mungkin sulit untuk kita akui. Karena ternyata, memandang cermin yang memantulkan bayangan diri kita tidak selalu mudah. Ada bagian-bagian yang mengambil peran dalam menentukan bentuk bayangan. Ada cahaya, bentuk cermin, ukuran cermin, debu dan kotoran yang menempel dan mendistorsi bayangan yang seharusnya muncul.

Semakin besar distorsinya, akan semakin besar penolakan-penolakan atas bentuk bayangan yang muncul. Namun selalu saja dalam hati terdalam kita pasti mengakui bahwa realita dan bayangan tidak akan jauh berbeda. Satu masalah yang mungkin menyebabkan penolakan-penolakan itu masih ada adalah, sekali lagi, bahwa jujur melihat diri sendiri itu tidak selalu mudah.

Ini juga tentang prinsip dan jalan hidup yang telah dipilih. Ini tentang menapaki, menginjak batu dan tertusuk duri atas konsekuensi kita memilih jalan tersebut. Jika kita melihat ke samping, kita akan melihat begitu banyak jalan mulus beraspal yang tidak memiliki duri dan batu sebanyak jalan yang sekarang kita pilih. Sesekali mungkin komitmen ini terguncang, hati ini teriris dan rasa ragu menyelimuti.

Namun selalu dan selalu, pandangan mata ini akan kita paksakan melihat lurus dan jauh ke depan. Membayangkan bahwa di ujung jalan ini, tersimpan telaga jernih dengan buah-buahan lezat yang menjadi hidangan dan hadiah atas perjuangan melewati batu dan duri. Sementara di samping, jalan beraspal itu mulus, tetapi berujung jurang dan padang pasir tandus tanpa air sedikitpun. Bagaikan gua yang gelap pasti ada ujungnya masa yang terang. Dan akan ku bawa kearah yang terang itu.

Mungkin alasan yang menyebabkan, menjalani pilihan hidup ini terasa begitu berat. Karena jauh di lubuk hati kita terdalam, kita masih belum yakin atas cara pandang kita memahami pilihan hidup. Kita masih belum begitu yakin atas hal-hal yang kita yakini. Tidak, karena ketika kita yakin, pasti tidak ada keraguan.

Bukankah cerita-cerita manusia sholeh terdahulu menyibakkan sesuatu yang menarik, bahwa keraguan mereka lenyap justru ketika keteguhan iman mereka diselimuti oleh ‘ketidak-tahuan’ atas ujung pilihan yang mereka buat?

“Nuh belum tahu bahwa banjir nantinya tumpah

Ketika di gunung ia menggalang kapal dan ditertawai

Ibrahim belum tau bahwa akan tercawis domba

Ketika pisau nyaris memapas buah hatinya



Musa belum tau bahwa lautan kan terbelah

Saat ia diperintah memukulkan tongkatnya

Di badar, Muhammad berdoa, bahunya terguncang isak

“Andai pasukan ini kalah, Kau takkan lagi disembah”

Dan kita belajar, alangkah agungnya iman.”

Ketidak-tahuan tersebut, yang kemudian menuntut kita untuk bersabar menapaki jalan yang kita pilih. Dan keraguan-keraguan yang muncul di tengah perjalanan sudah seharusnya disikapi dengan membenahi kejujuran akan seberapa yakinnya kita pada setiap pemahaman yang kita miliki.

Ya, tidak mudah bersabar di tengah ketidaktahuan sambil berusaha jujur pada diri sendiri. Tapi itulah. ‘Melakukan’ selalu jauh lebih sulit dari sekedar ‘mengatakan’. Karena membuat suatu pilihan menghabiskan sekian menit/jam/hari. Tetapi untuk setia menjalani pilihan, kita membutuhkan seluruh sisa umur dalam hidup kita.

Karena Allah akan terus menguji kita pada titik terlemah kita. Semata-mata karena Allah ingin menjadikan kita manusia-manusia hebat, manusia-manusia kuat yang teruji dalam setiap titik lemahnya. Ada benarnya jika ujian-ujian yang datang selalu berasal dari hal yang sama, disebabkan karena kita terus-terusan gagal pada ujian tersebut. Hingga kita bisa menyelesaikan ujian itu dengan baik dan akhirnya meningkatkan derajat keimanan kita.

Selamat datang ujian hidup. Selamat memilih pilihan hidup. Dan selamat sabar menapaki jalannya. Setiap bagian diri ini akan terus berusaha menyelesaikan apa-apa yang sudah dikatakan, dengan izin Allah. Walaupun sekian kali gagal, sekian kali terantuk jatuh, sekian kali tersungkur tanah. Semoga tangan dan kaki ini tidak cukup lelah untuk menyelesaikan dengan jujur dan sabarnya. Insya Allah Pernikah jalan yang terbaik utk kita.

Comments :

0 komentar to “Indah Kejujuran dari hati untuk kesabaran”

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by Ricky Ikhwan

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger